Kisah Masa Lalu
Aku
akan menarik kisah ini mundur cukup jauh ke belakang terlebih dulu. Karena pada
akhirnya aku menyadari titik penyebab atas alasan kisahku hari ini berawal dari
kisah yang lampau ini hehehe.
Mungkin ini akan terdengar seperti sebuah alasan, aku tak pernah benar – benar bisa menjalin pertemanan yang akrab sampai SMP. Karena sejak lahir, aku—yang—prematur—ini, cukup sering sakit – sakitan sampai SD. Hampir setiap seminggu sekali ijin sakit dari dokter selalu terkirim ke guru wali kelas. Baru setelah kelas 3 SD imunku jadi lebih baik dan berkurang ijin sakit menjadi sebulan hanya 1 – 2 kali, dan semakin berkurang seiring menginjak kelas 6 SD. Hal ini yang membuatku cukup nyaman dengan diriku sendiri dan akrab dengan TV terutama channel kartun sambil rebahan di rumah hahahaha.
Saking
nyamannya menyendiri dan sibuk mengakrabkan diri dengan TV sembari menelan obat
– obatan yang cenderung pahit, kadang penuh drama karena sudah mulai bosan
dengan rasa yang monoton, tanpa sadar aku menanam ketidakcakapan dalam
bersosialiasi. Menjalin hubungan sosial adalah hal yang sangat sulit dilakukan,
dan kadang terasa menakutkan karena tidak mudah mempercayai orang asing. Bahkan
ketika mereka berusaha berkali – kali mendekati terlebih dahulu. Biasanya
selalu berakhir dengan aku yang mundur perlahan dan menghilang atau mereka yang
menyerah karena sifat keras kepalaku tidak ingin berada dalam lingkaran
pertemanan mereka.
Kondisinya
memburuk saat aku SMP. Seperti kebanyakan remaja lainnya, aku juga mengalami
fase pencarian jati diri. Sebenarnya keinginan berteman sangat tinggi, namun
perasaan ingin segera menyerah juga besar. Aku sering merasa rendah diri karena
satu – satunya hal yang bisa kubanggakan hanyalah nilai rapot, walaupun bukan
yang tertinggi, tapi bisa dibilang cukup di atas rata – rata kecuali untuk mata
pelajaran olahraga hehe. Seorang ‘Kutu Buku’? Sepertinya julukan itu cukup
cocok hahaha.
Aku
merasa hampir tak punya teman di saat biasa, namun banyak yang bermunculan saat
ada tugas atau ujian dan menghilang lagi setelahnya. Tapi sebenarnya setelah
kuingat – ingat sekarang, semasa SD dan SMP aku juga memiliki banyak kenangan
indah dan cukup banyak teman yang berusaha mendekatiku untuk menjadi akrab. Namun
seperti biasa, lagi – lagi aku yang mengacaukan hubungan kami dan berakhir
dengan hilang kontak sama sekali.
Sembilan
tahun ‘mencoba’ bergaul dengan teman – teman sekolah dan berkali – kali gagal
akhirnya menjadi bom waktu karena aku tak pernah membicarakan bab pertemanan
dengan keluargaku. Mungkin aku sempat mengalami Depresi Berat karena hal
tersebut. Aku jadi sensitif dan sangat mudah marah di siang hari, dan menangis
diam – diam di malam hari hampir setiap hari selama setahun mungkin lebih.
Orang tuaku mungkin mengira aku hanya sedang melewati masa pubertas, karena
memang aku hampir tidak pernah mengeluh masalah sekolah atau apapun. Mereka
hanya tahu aku yang suka tiba – tiba marah dan ngambek tanpa alasan yang jelas.
Di sisi lain aku merasa semakin hilang kepercayaan diri, sering merasa
ketakutan bahwa orang – orang di sekitarku tak menyadari keberadaanku,
kekhawatiran mengalami penolakan dan kegagalan, yang berakhir dengan membuatku
semakin berusaha menarik diri dari lingkungan sosial dan bersembunyi di rumah
sambil menenangkan diri dengan menonton TV sambil makan makanan manis. Yap.. di
rumah aku merasa semua fasilitas yang kubutuhkan sangat terpenuhi bahkan
sebelum aku memintanya. Aku terjebak di zona nyaman. Melarikan diri dari
masalah dan sama sekali tak berusaha menghadapi dan menyelesaikannya karena
merasa terlalu melelahkan.
Kenapa
sedih banget sih baca paragraf – paragraf di atas? Masa kecilku terkesan
menyedihkan dan mengenaskan ya? Hahahaha
Dulu
mungkin aku akan dengan yakin menjawab ‘YA’. Tapi semua kisah memilukan itu
benar - benar mencapai dasar yang paling
gelap saat kelas 2 SMP. Di kelas 3 SMP perlahan keadaan membaik. Aku mendapat
beberapa teman yang ‘sefrekuensi’ yang gak hanya muncul saat ada tugas dan
ujian. Aku mulai bisa melihat segala hal dengan sedikit lebih positif. Aku
menyadari selama ini aku terlalu sering melihat hal – hal menyedihkan yang
terjadi. Padahal banyak hal yang dilakukan orang – orang di sekitarku yang
senantiasa berusaha membantuku bangkit dan membuatku tertawa. Aku juga teringat
aku selalu berpartisipasi sebagai anggota inti Paskibra dan cukup sering
mendapat pujian dari Pelatih karena (katanya) aku berbakat hahahaha. Nilaiku
juga membaik, dan ini hal yang menyenangkan untuk dikatakan, karena itulah satu
– satunya hal yang selama ini bisa kubanggakan pada kedua orang tuaku hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar